Rabu, 09 September 2009




Rabu, 26 Agustus 2009


Inilah orang-orang yang berbadan besar di dunia tingginya bisa mencapai 8 meter gambar ini asli loh tapi coba anda perhatikan dengan seksama bentuk dari manusia yang berbadan besar tersebut mereka itu benar-benar asli sebesar itu foto-foto ini juga asli coba anda bayangkan kalau memang benar ada manusia yang sebesar ini apa yang akan terjadi dengan kita yang berbadan tidak kurang dari 2 meter, mungkin kita akan di injak-injak olehnya. dan mungkin saja mereka akan menjadi penguasa, tapi orang tersebut hanyalah sebuah patung yang menyerupai manusia.percaya gak....

Anjing Paling Besar

Pohon mengagumkan ini bernama "Nareepol" di Thai.Naree berarti "gadis / wanita" dan pol berarti tanaman / pohon atau "buah" di malay. Itu berarti pohon perempuan. Sungguh menakjubkan apa yang Allah menciptakan Dunia dalam banyak bentuk yang geli manusia ...
Anda dapat melihat pohon nyata di provinsi Petchaboon sekitar hampir 500 km jauhnya dari Bangkok.

Kalian percaya gak ma gambar pohon ajaib tersebut?

Busyet dah, bener-bener aneh bin ajaib…

Kayak patung lilin yah?

Percaya atau tidak, terserah anda!

Sabtu, 13 Juni 2009

Ketika keadaan bisnis dan keuangan perusahaan memburuk, adalah sangat wajar bila pengusaha melakukan PHK untuk menyelamatkan dan memulihkan keadaan bisnis perusahaanya. Hal ini adalah sah-sah saja dalam sebuah sistem perekonomian yang mengutamakan pertumbuhan bisnis untuk meraih keuntungan maksimal. Persoalannya, bila di sebuah negara terlalu sering terjadi PHK dengan jumlah yang besar, maka negara tersebut akan memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi. Saat angka pengangguran cukup tinggi, emosi negatif dan pikiran negatif akan mengisi jiwa dan pikiran si penganggur, dan hal ini secara tidak langsung akan menurunkan rasa percaya diri dan daya tahan sebuah bangsa untuk hidup adil, makmur, aman dan damai.
Pengangguran yang bila tak ditangani secara kemanusiaan, maka akan menghasilkan masyarakat yang putus asa untuk mampu bangkit menjawab berbagai tantangan yang ada.
Salah satu langkah yang wajib diambil sebuah bangsa, saat tingkat pengangguran tinggi, adalah memperbanyak lapangan kerja dengan cara menginspirasi dan memberi kemudahan buat orang-orang untuk menjadi entreprenuer baru. Dan, pemerintah juga wajib melindungi eksistensi para entrepreneur baru ini dari ancaman pasar bebas dan perusahaan raksasa dalam negeri. Jadi, perlu dilakukan proteksi atau pengamanan terhadap benih-benih entreprenuer baru ini, agar tidak digilas oleh para raksasa yang mahir dengan berbagai teknik bisnis yang tidak adil.
Setiap kejadian PHK haruslah diintervensi oleh pemerintah, dan setelahnya, mencari berbagai cara untuk membantu korban PHK tersebut, agar para korban PHK ini bisa segera menjadi pribadi-pribadi yang produktif buat kemakmuran dan kebesaran bangsa tersebut. Membiarkan masyarakat menjadi pengangguran, adalah sebuah krisis kemanusiaan yang akan melemahkan daya tahan bangsa tersebut untuk membangun kebesaran.
Bangsa yang besar tidak akan tersenyum pada ukuran pertumbuhan ekonominya yang besar, tapi akan lebih fokus kepada berbagai upaya pemerataan pendapatan secara kreatif dan strategis, untuk membuat masyarakatnya seratus persen produktif dan menghasilkan nilai tambah ekonomi buat menghapus pengangguran dari buminya. Banyak negara yang sangat bangga dengan pertumbuhan ekonominya yang cukup tinggi, tapi sebagian besar penduduknya tidak mempunyai penghasilan yang cukup buat membiayai kehidupan minimum. Jadi, ukuran pertumbuhan tidaklah penting untuk urusan kemanusiaan dan kesejahteraan orang banyak.
Sistem distribusi keuangan yang adil dan yang tidak memiskinkan orang lain, haruslah menjadi konsep buat membangun masyarakat yang adil dan makmur. Transaksi keuangan yang memangsa satu pihak tanpa melihat sisi kemanusian, hanyalah tabungan kemiskinan buat bangsa itu di masa depan. Sebab, ketika sistem keuangan membiarkan satu pihak yang kuat memangsa pihak yang lemah, maka sistem itu akan menciptakan orang-orang miskin baru. Dan, hal ini tidak sesuai dengan konsep membangun masyarakat yang adil dan makmur. Orang-orang miskin baru ini hanya akan menjadi beban buat bangsanya, beban yang muncul oleh ketidakadilan sistem keuangan dan perbankan yang ada.
Pemerintahan yang hebat selalu anti pada pengangguran, dan akan menggunakan energi kekuasaannya untuk membantu setiap korban PHK dan para pencari kerja, dengan berbagai kemudahan atas akses keuangan murah, untuk bisa mengarahkan mereka menjadi entrepreneur baru yang kuat dan andal buat menghapus pengangguran dari buminya

Jumat, 05 Juni 2009

Manohara Tunda Visum

Setelah tiba di Indonesia, Manohara dan ibunya, Daisy Fajarina, sempat menuturkan akan segera melakukan visum untuk membuktikan penganiayaan yang dilakukan oleh Pangeran Kelantan terhadap model cantik itu. Namun, hingga saat ini rencana visum itu tak juga dilakukan. Ada apakah di balik itu semua?

Bukannya melakukan visum, Manohara dan Daisy memang tampak sibuk muncul di beberapa stasiun TV untuk melakukan wawancara. Rumor yang beredar mengatakan jika Daisy kongkalingkong dengan pihak stasiun televisi, apalagi memang mereka diberi kompensasi untuk muncul sebagai nara sumber. Namun Daisy langsung membantahnya.

"Demi Tuhan, saya nggak ada kerja sama sama stasiun TV. Sebenarnya sudah mau medical check up, cuma karena Manohara lagi sakit, ya dia minta maaf. Visum tertunda karena Manohara pengen konsen sama media. Jadi nggak benar kalau kita lebih mentingin tampil di media daripada ngurusin visum," tuturnya saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakpus, Rabu (03/06) kemarin.

Disinggung soal media Singapura yang meliput 'pelarian diri' Manohara Daisy mengaku karena dia ingin merasa lebih aman saat melakukan aksinya itu.

Sementara itu, Daisy menjelaskan juga jika putri tercintanya itu sedang tidak enak badan. "Manohara kena migrain. Tadi itu dia bilang sedih karena nggak bisa ngomong hari ini. Dia kan manusia, bukan robot. Dari pagi sampai malam itu menjawab pertanyaan para wartawan. Pokoknya, Manohara barengan setelah visum kelar, baru dia mau ngomong," tukasnya.

Lalu langkah hukum apa yang akan diambil oleh pihak Manohara? Daisy masih enggan mengungkapkan. Dia hanya mengingatkan jika tidak ada orang yang kebal hukum. "Siapapun nggak ada yang kebal hukum. Raja pun demikian," pungkasnya

Sumber Kapanlagi.com

Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini

;;